7.9.10

Trik-Trik Para Musisi Melawan Pembajakan

Industri musik di tanah air saat ini mengalami problem serius. Angka penjualan album secara fisik tiap tahun terus merosot. Penyebabnya adalah tingginya angka pembajakan secara fisik maupun digital. Efeknya, banyak toko CD yang terpaksa gulung tikar gara-gara masalah itu.

Para musisi lokal mengalami nasib serupa. Mereka harus memutar otak untuk mencari strategi guna meningkatkan penjualan secara fisik. Dua di antara beberapa band yang menempuh cara yang tak biasa itu adalah /rif dan Slank. Jika /rif memaksimalkan penjualan lewat strategi pre order management, Slank bekerja sama dengan produsen ponsel.

Cara tersebut mereka pilih untuk melawan pembajakan yang terus meningkat dan mengancam moral generasi muda. "Strategi itu kami lakukan karena penjualan secara fisik (CD dan kaset, Red) hancur pembajakan. Jadi, kami mencari media lain. Cara itu kami rasa efektif meningkatkan penjualan," ujar Bunda Ivet, manajer Slank.

Pada ponsel tersebut, Slank memasukkan lagu-lagu di album terbarunya yang berjudul Jurus Tandur. Kerja sama itu mereka rasakan sebagai win-win solution bagi kedua belah pihak. Tujuannya, menekan angka pembajakan lagu secara digital yang kian marak.

"Selain lewat ponsel, kami masih menjual album secara fisik. Hanya, kami mengemasnya secara eksklusif dengan tambahan bonus berupa kaus dan beberapa aksesori lain. Cara tersebut terbukti efektif. Angka penjualan album kami sampai saat ini cukup bagus," lanjut Bunda Ivet.

Cara yang berbeda justru dipilih /rif. Band rock asal Bandung itu berjualan album lewat strategi pre order management. Lewat cara tersebut, album terbaru /rif yang berjudul 7 tak dijual bebas di toko-toko kaset konvensional. Album itu hanya bisa diperoleh lewat pemesanan ke manajemen /rif.

"Kami melayani pemesanan sejak perilisan album itu pada 4 Agustus lalu. Animo terhadap album tersebut cukup tinggi, Belum genap sebulan, kami telah menerima pemesanan lebih dari 1.300 keping. Padahal, /rif belum membuat klip video di album itu," ujar Joshua Setiawan, manajer /rif.

Srategi penjualan seperti itu mereka lakukan untuk menjawab stigma berbagai pihak bahwa band rock lokal tak akan bisa menembus angka penjualan lebih dari seribu keping. "Kami mempunyai target menembus angka penjualan 2.000 keping CD. Dua kali lipat dari prediksi mereka," tambah Andy, vokalis /rif.

Keberhasilan strategi pre order management itu tak diraih dengan mudah. Promosi secara besar-besaran juga mereka lakukan melalui akun Twitter, Facebook, dan MySpace. "Kami juga melayani pemesanan melalui BBM di pin 24AB5511. Karena itu, kami mampu menjangkau pasar lebih luas, mulai Aceh hingga Papua. Pemesan dari Belanda, Inggris, dan Singapura, terus mengalir," tambah Joshua.

Sudah bukan rahasia lagi kalau produk bajakan merajai pasar industri musik di Indonesia. Data Gabungan Perusahaan Industri Rekaman Indonesia (Gaperindo) menunjukkan, dalam setahun terakhir, kerugian yang diderita seniman, pencipta lagu artis dan produsen mencapai Rp 3 triliun. Saat ini hanya 10 persen cakram padat atau CD legal yang beredar di pasaran.

Ketua Gaperindo M. Togar Sianipar mengatakan, era digital membuat produksi musik tidak mesti dilakukan secara konvensional. RBT (ring back tone) atau nada sambung pribadi di telepon seluler bisa jadi alternatif, bahkan omzetnya cukup besar. "Dan, lebih kecil kemungkinannya untuk dibajak," kata Togar.

Terlepas dari itu, cukup beralasan jika Gaperindo menandai era digital sebagai awal kebangkitan industri musik negeri ini. Ini mengingat dalam dua tahun terakhir keuntungan nada sambung di sebuah operator saja meningkat hampir dua kali lipat, yakni mencapai hampir Rp 2 miliar.

Nada sambung atau content musik di telepon genggam bukanlah barang baru. Sebagian besar handphone atau HP sudah memiliki fitur-fitur seperti itu. Dara, seorang karyawati perusahaan swasta amat menyukai keberadaan fasilitas pemutar musik MP3 di telepon seluler atau ponsel sehingga dapat dinikmati setiap saat meski sedang mobile.

Dara juga menyukai RBT yang menurutnya ekspresi suasana hati pemilik nomor telepon yang dituju. Beda halnya dengan Adi, karyawan swasta lainnya, yang melihat nada sambung sebagai tren belaka. Adi masih memilih cakram padat atau CD biasa ketimbang MP3 yang kualitasnya tidak lebih baik dari yang konvensional.

TODAY DIRECTORY © 2008 today directory.

TOPO