31.8.10
Biografi Ardy Wiranata (Atlet Bulutangkis)
Ardy Bernardus Wiranata, sering disebut dengan nama Ardi B.W. lahir di Jakarta, 10 Februari 1970, adalah pemain bulutangkis Indonesia di era tahun 1990-an, juara Indonesia Terbuka 6 kali dan peraih Medali Perak Olimpiade Barcelona 1992. Ia adalah salah satu pebulutangkis terbaik yang pernah dimiliki Indonesia.
Ardy meraih Medali Perak di Olimpiade Barcelona 1992 setelah di final kalah dari Alan Budikusuma yang juga pemain Indonesia. Ia merupakan atlet berprestasi hasil binaan PB Djarum an pertandingan Ardy B. Wiranata melawan musuh-musuhnya adalah menyaksikan adu stamina. Ardy akan menyeret musuh ke dalam permainan-permainan panjang, hingga lawan tak kuasa lagi mengeluarkan senjata andalannya. Energinya terkuras habis meladeni stamina Ardy yang luar biasa. Dan itulah senjata andalan Ardy Bernadus Wiranata yang mengantarkanya ke tangga juara.
Permainan Ardy, panggilan akrabnya, sebenarnya belum begitu menarik ketika usianya belum mencapai 20 tahun. Baru setelah itu, permainan bungsu dari empat anak-anak keluarga Leo Wiranata dan Paula Maria Suryani ini membuat penonton bergembira. Semangat juangnya luar biasa tinggi, bola pun senantiasa dikejar ke mana pun melaju. Jatuh bangun menjadi pemandangan biasa bila Ardy sedang bermain. Luka-luka kecil juga bukan hal aneh pada Ardy. Ardy memang mengembangkan permainan bertahan yang membuat lawan kehabisan nafas. Ardy pun mampu menekan terus-menerus sampai lawan terjungkal. Ini tidak lain berkat stamina dan power yang tinggi yang dimilikinya.
Ardy mulai senang pada bulutangkis ketika suatu saat menonton pertandingan 17 Agustus-an bersama kedua orang tua dan saudara-saudaranya yang lain. Sang ayah kemudian membawa Ardy ke pelatnas bulutangkis di Hall C Senayan. Dari sanalah Ardy kemudia mulai mengayun raket. Ayahnya memasukannya ke klub yang juga dibinanya, PG 16. Kemudian ketika mulai bersinar Ardy dimasukan ke klub yang pembinaannya lebih terarah, yaitu PB Djarum.
Beberapa prestasi yang pernah diraih lelaki kelahiran Jakarta, 10 Februari 1970 ini adalah, pemegang rekor juara Tunggal Putra turnamen Indonesia Open sebanyak enam kali berturut-turut. Prestasi lainnya adalah, juara dunia Tunggal Junior Bimantara 1987, juara China Open 1993, medali perak Olimpiade Bercelona, juara Jepang Open 1991, 1992, dan 1994. Kemudian juara All-England 1991, juara Piala dunia 1991, anggota tim Piala Thomas 1988, 1990, 1992, dan 1994; juara Korea Open, juara Taiwan Open, runner-up All-England, runner-up World Championship 1989, juara China Open, semifinalis World Championship, semifinalis All-England.
Kini, ayah dari Shawn Wiranata ini menjadi kepala pelatih bulutangkis nasional di Kanada. Hal ini terungkap dari peberitaan situs resmi Federasi Badminton Internasional (WBF). Situs itu memberikan judul yang cukup fantastis soal Ardy, “Badminton Legend Now Canadian Coach.” (Legenda bulutangkis yang kini menjadi pelatih orang-orang Kanada -red)
Ardy yang akhirnya mundur dari tim nasional Indonesia, pergi dengan meninggalkan jejak prestasi yang gemilang. Sebagai pemain Tunggal Putra dengan segudang prestasi, dan kini ia nangkring di Amerika Serikat menjadi kepala pelatih tim negeri itu untuk tiga musim.
“Sesuatu yang besar berada di Kanada,” kata Ardy. Lalu ia melanjutkan, “Ini merupakan peluang tentunya, negara ini sebenarnya memiliki tim yang bagus. Sesuatu dapat dibangun di sini sebab para pemain tampak ingin melakukan sesuatu yang baik,” katanya. Bulutangkis Kanada cukup disegani di zona Pan Amerika. Sayang, para pemainnya kurang mendapat pengalaman internasional dan kompetisi dengan negara-negara kuat di Eropa dan Asia. “Mereka harus banyak bertanding di turnamen internasional dan berlatih sebaik mungkin,” kata Ardy.
Demikianlah perjalanan Sang Legenda hidup kita. Ia besar di atas Tanah Air bulutangkis. Di lapangan ia adalah seorang pejuang yang gigih mengejar laju bola agar tak jatuh, di kehidupan ia adalah pejuang yang bijak mengikuti putaran roda kehidupan, yang bernama keluarga. Sungguh sebuah jejak baik yang layak untuk kita teladani.
Ardy meraih Medali Perak di Olimpiade Barcelona 1992 setelah di final kalah dari Alan Budikusuma yang juga pemain Indonesia. Ia merupakan atlet berprestasi hasil binaan PB Djarum an pertandingan Ardy B. Wiranata melawan musuh-musuhnya adalah menyaksikan adu stamina. Ardy akan menyeret musuh ke dalam permainan-permainan panjang, hingga lawan tak kuasa lagi mengeluarkan senjata andalannya. Energinya terkuras habis meladeni stamina Ardy yang luar biasa. Dan itulah senjata andalan Ardy Bernadus Wiranata yang mengantarkanya ke tangga juara.
Permainan Ardy, panggilan akrabnya, sebenarnya belum begitu menarik ketika usianya belum mencapai 20 tahun. Baru setelah itu, permainan bungsu dari empat anak-anak keluarga Leo Wiranata dan Paula Maria Suryani ini membuat penonton bergembira. Semangat juangnya luar biasa tinggi, bola pun senantiasa dikejar ke mana pun melaju. Jatuh bangun menjadi pemandangan biasa bila Ardy sedang bermain. Luka-luka kecil juga bukan hal aneh pada Ardy. Ardy memang mengembangkan permainan bertahan yang membuat lawan kehabisan nafas. Ardy pun mampu menekan terus-menerus sampai lawan terjungkal. Ini tidak lain berkat stamina dan power yang tinggi yang dimilikinya.
Ardy mulai senang pada bulutangkis ketika suatu saat menonton pertandingan 17 Agustus-an bersama kedua orang tua dan saudara-saudaranya yang lain. Sang ayah kemudian membawa Ardy ke pelatnas bulutangkis di Hall C Senayan. Dari sanalah Ardy kemudia mulai mengayun raket. Ayahnya memasukannya ke klub yang juga dibinanya, PG 16. Kemudian ketika mulai bersinar Ardy dimasukan ke klub yang pembinaannya lebih terarah, yaitu PB Djarum.
Beberapa prestasi yang pernah diraih lelaki kelahiran Jakarta, 10 Februari 1970 ini adalah, pemegang rekor juara Tunggal Putra turnamen Indonesia Open sebanyak enam kali berturut-turut. Prestasi lainnya adalah, juara dunia Tunggal Junior Bimantara 1987, juara China Open 1993, medali perak Olimpiade Bercelona, juara Jepang Open 1991, 1992, dan 1994. Kemudian juara All-England 1991, juara Piala dunia 1991, anggota tim Piala Thomas 1988, 1990, 1992, dan 1994; juara Korea Open, juara Taiwan Open, runner-up All-England, runner-up World Championship 1989, juara China Open, semifinalis World Championship, semifinalis All-England.
Kini, ayah dari Shawn Wiranata ini menjadi kepala pelatih bulutangkis nasional di Kanada. Hal ini terungkap dari peberitaan situs resmi Federasi Badminton Internasional (WBF). Situs itu memberikan judul yang cukup fantastis soal Ardy, “Badminton Legend Now Canadian Coach.” (Legenda bulutangkis yang kini menjadi pelatih orang-orang Kanada -red)
Ardy yang akhirnya mundur dari tim nasional Indonesia, pergi dengan meninggalkan jejak prestasi yang gemilang. Sebagai pemain Tunggal Putra dengan segudang prestasi, dan kini ia nangkring di Amerika Serikat menjadi kepala pelatih tim negeri itu untuk tiga musim.
“Sesuatu yang besar berada di Kanada,” kata Ardy. Lalu ia melanjutkan, “Ini merupakan peluang tentunya, negara ini sebenarnya memiliki tim yang bagus. Sesuatu dapat dibangun di sini sebab para pemain tampak ingin melakukan sesuatu yang baik,” katanya. Bulutangkis Kanada cukup disegani di zona Pan Amerika. Sayang, para pemainnya kurang mendapat pengalaman internasional dan kompetisi dengan negara-negara kuat di Eropa dan Asia. “Mereka harus banyak bertanding di turnamen internasional dan berlatih sebaik mungkin,” kata Ardy.
Demikianlah perjalanan Sang Legenda hidup kita. Ia besar di atas Tanah Air bulutangkis. Di lapangan ia adalah seorang pejuang yang gigih mengejar laju bola agar tak jatuh, di kehidupan ia adalah pejuang yang bijak mengikuti putaran roda kehidupan, yang bernama keluarga. Sungguh sebuah jejak baik yang layak untuk kita teladani.